Catatan dari Media Gathering Bolt

Hari ini ngupil, eh, nyempil di acara Media Gathering Bolt. 😀

Kegiatannya ngejajal jaringan Bolt di seputaran Jakarta, sambil chit-chat dengan para petinggi Bolt.

* (Ala-ala) Uji jaringan.

Kusebut ala-ala, karena hasil ujinya emang bukan untuk perhitungan serius. Sekadar mau nunjukin bahwa jaringan Bolt sepanjang rute yang dilewati itu udah bagus-pake-banget. 😉

Jalur perjalanannya sendiri ngga gitu hapal. Maklum, bukan daerah jajahan. Hihihi. Lebih-kurangnya sih berangkat dari Berita Satu Plaza, Jl Gatot Subroto – Jl Buncit Raya – Jl Fatmawati – Jl Antasari – tol – Jl Iskandarsyah – Jl Pattimura – Jl Sudirman – Gelora Bung Karno – dan berakhir di Senayan City, Senayan.

“Perlengkapan perangnya” keren: Samsung Galaxy Note 5! Diinstal aplikasi OpenSignal. Pembandingnya, 3 operator GSM utama. Kondisi pengujian, dalam bis yang terus bergerak.

Hasilnya pastinya bagus. Sepanjang perjalanan, angka hasil uji Bolt selalu lebih tinggi dibanding kompetitornya. 😀

hasil-uji-jaringan-bolt

Kiri di Mampang, kanan di Senayan. Foto hasil uji dicomot dari Twitter-nya Bolt, berhubung akuh ngga bisa ngetes dan nyekrinsut sendiri. :p

Jadi pengen ngulangin uji jaringan di sekitaran rumah nih. Bikin reminder ah. 😀

* Chit-chat.

Jadi, sampai awal tahun ini subscriber Bolt udah mendekati 2 juta. Persisnya 1,8 juta sekian – atau hampir 1,9 juta. Katanya angka 2 juta cuman tinggal tunggu waktu aja.

Tahun ini kampanyenya adalah Ultra Speed, Ultra Coverage, Ultra Value.

Dari situ udah keliatan akan ada penambahan kecepatan, penambahan (atau lebih tepatnya “penambalan”?) cakupan, dan penambahan konten.

Utak-atik tarif, besaran data, sampai device, ya masih teteup.

Yang jelas, tahun ini Bolt akan lebih fokus ke layanan konten. Entah semacam Netflix, tergantung penyedia konten (termasuk lokal) yang nantinya digandeng.

Yang mau ganti device, tahun ini tetep ada smartphone maupun MiFi baru. Tapi tak bisa dikorek apakah smartphone-nya akan berlabel Powerphone, atau si pabrikannya akan tetep pakai mereknya sendiri.

Cerita menariknya adalah jaringan Bolt mendeteksi sekitar 30-40 persen pemakaian di smartphone; selebihnya di MiFi LTE.

Nah, dari smartphone itu, tercatat ada beberapa merek. Seperti Samsung di peringkat ke-1, lalu Lenovo di peringkat ke-2, selanjutnya Huawei, Alcatel, Xiaomi, dst – aku lupa nama dan urutan namanya.

Itu terpecah lagi ke sejumlah seri – sempet disebutin tapi ngga kecatet.

Dominasi Samsung sih wajar, mengingat Bolt emang punya kerjasama dengan Samsung untuk Galaxy J5. Tapi tambahan seri-seri Samsung lainnya – seperti Galaxy Note 5 yang dipakai hari ini – dan merek-merek lainnya nih yang luar biasa. 😀

Sejauh ini kan gak ada klaim resmi bahwa Bolt bisa dipakai di merek atau seri itu. Kayaknya nih pengguna di Indonesia emang keliwat kreatif kalo soal ngoprek hidden setting. Hihihi.

Balik soal speed dan coverage, David sempat jelasin tentang teknologi yang dipakai Bolt di Indonesia. Katanya, Indonesia yang pertama pakai sistem monopol (?). Selain penangkapan sinyal oleh user jadi lebih bagus, maintenance-nya untuk provider pun lebih mudah. Untuk Jakarta sendiri udah pasang sekitar 2500 monopol.

teknologi-jaringan-bolt

Sepanjang perjalanan juga ada banyak sharing dari peserta rombongan, seperti after sales service, modem unlocked, dll.

Gitu deh. 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!